Pendidikan
Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup, sebenarnya
sudah sejak lama dipikirkan oleh pakar pendidik dari zaman ke zaman. Di dalam
GBHN 1978, dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Prinsip ini mengartikan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya masa
bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar
yang akan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan
suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinyu)
dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep agama Islam
seperti yang tercantum dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan
belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur. Proses pendidikan ini mencakup
bentuk-benuk belajar secara informal maupun formal, baik yang berlangsug dalam
keluarga, sekolah dalam pekejaan dan kehidupan masyarakat.
Dalam undang-undang no. 2 tahun
1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup dikemukakan. Dalam pasal 10
ayat (1) yang berbunyi “penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua
jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah”.
Pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan
pendidikan akan meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia
akan dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi
sesamanya.Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan
bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam kenyataanya
pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani
dalam kehidupanya. Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup.
A.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup adalah suatu
konsep, suatu idea. Gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa pendidikan tidak
hanya berlangsung selama seorang berlajar di lembaga-lembaga pendidikan formal,
bahwa seseorang masih dapat memperoleh pendidikan kalau ia mau setelah ia
selesai menjalani pendidikan formal. Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa
pendidikan, dalam arti kata yang sebenarnya, adalah sesuatu yang berlangsung
terus sepanjang kehidupan seseorang.Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang
saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu (1) individu, (2) masyarakat, dan
(3) lingkungan fisik. Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung
perkembangan dan perubahan yang mencakup tiga komponen, yaitu (1) tahap-tahap
perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa
remaja, dan masa dewasa), (2) peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam
kehidupan, yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup, dan (3) aspek-aspek
perkembangan kepribadian (fisik, mental, sosial, dan emosional).
Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan
seumur hidup ialah sebagai berikut:
1. Mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh
aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
2. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
B. Konsep
Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup,
sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke
zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya,
Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadis
Nabi Muhammad Saw. Yang berbunyi:
اَطْلُبُ
الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai
meninggal dunia”.
Konsep tersebut menjadi aktual kembali terutama dengan
terbitnya buku An Introduction to Lifelong Education, pada tahun 1970 karya
Paul Lengrand, yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.Asas pendidikan
seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.
Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun
formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan
dalam kehidupan masyarakat. Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur
hidup baru mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR
NO.IV/MPR/1973jo.TAP NO.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan
prinsip-prinsip pembangunan nasional.
Adapun konsep-konsep
kunci pendidikan seumur hidup ada 4, yaitu:
1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
Sebagai
suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan.
2. Konsep belajar seumur hidup
Dalam
pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap
keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan
kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3. Konsep pelajar seumur hidup
Pelajar
seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka
sebagai pelajar seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis
untuk mengatasi problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar diseluruh
tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum, dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur
hidup betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan
melaksanakan belajar seumur hidup.
C. Implikasi
Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Progam-progam Pendidikan
Penerapan konsep pendidikan seumur
hidup dalam dunia pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Guruge (dalam
Ihsan, 2005:48), berimplikasi pada 6 jenis program pendidikan, antara lain
pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan profesional,
pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan serta pendidikan kultural dan
pengisian waktu luang.
1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Dari segi
implementasinya, program baca tulis merupakan cara paling murah dan praktis
untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan. Berbagai pengetahuan baru dapat
diperoleh dari bahan bacaan. Namun, kemampuan baca tulis hanya bisa berarti
bila dapat ditunjang dengan ketersediaan bahan-bahan bacaaan.
Ihsan (2005:
49) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi realisasi dari program baca tulis
fungsional, yaitu: a) memberikan kecakapan membaca-menulis-menghitung yang
fungsional bagi anak didik, b) menyediakan bahan bacaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimiliki.
2. Pendidikan Vokasional
Program
pendidikan vokasional merupakan salah satu program yang penting dalam rangka
pendidikan seumur hidup, khususnya Indonesia. Sebagaimana negara berkembang
pada umumnya, sistem pendidikan yang sudah diterapkan kini sebagian besar
diambil dari negara Barat. Akibatnya, output pendidikan sekolah pada umumnya
menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berada dalam taraf pembangunan
diri (Ihsan, 2005:50). Dari sinilah kemudian pendidikan vokasional hadir untuk
memberikan bekal kepada para peserta didik agar menjadi tenaga kerja yang
produktif.
3. Pendidikan Profesional
Pendidikan
professional diciptakan untuk mewadahi kebutuhan kaum professional yang harus
selalu bisa mengikuti kemajuan dan perubahan. Sebagai bentuk perwujudannya,
muncullah sebuah konsep built in mechanism yang bisa dimanfaatkan untuk
menambah pengetahuan yang berkaitan dengan kinerja mereka, seperti halnya
metodologi, perlengkapan, sikap yang professional, dan lain-lain (Ihsan, 2001:
50). Dengan demikian, golongan professional akan mampu menghadapi berbagai
macam tantangan yang ada.
4. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
Baik warga
negara maupun para pemimpin masyarakat sangat membutuhkan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik, karena pendidikan ini mempunyai peranan
yang krusial dalam mencapai sebuah kehidupan bernegara yang demokratis
sebagaimana mestinya.
5. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang
Seseorang
yang disebut educated man harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan,
agama, filsafat hidup, seni dan musik bangsa sendiri. Pengetahuan tersebut di
samping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk mengisi waktu
luang yang lebih menyenangkan.
Selain itu,
konsep pendidikan seumur hidup juga berimplikasi pada sasaran pendidikan, yang
terbagi dalam 6 kategori, yaitu para buruh dan tani, golongan remaja yang
terganggu pendidikan sekolahnya, pekerja berketerampilan, golongan teknisian
dan profesional, pemimpin dalam masyarakat, dan anggota masyarakat yang sudah
tua.
Implikasai
di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu
keputusan. Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up
suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Implikaasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge dalam bukunya Toward Better Educatinal
Management, dapat dikelompokan menjadi bebarapa kategori berikut:
a)
Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Baca tulis fungsional memuat dua hal, yaitu:
1)
Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M)
yang fungsional bagi anak didik.
2)
Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
b)
Pendidikan
Vokasional
Pendidikan
vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas
usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam
rangka apprentice ship training, merupakan salah satu program penting dalam
rangka pendidikan seumur hidup.
c)
Pendidikan
Profesional
Sebagai
realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah
tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus
mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan,
terminologi, dan sikap profesionalnya.Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi
pekerja dan buruh, berlaku pula bagi profesional, bahkan tantangan buat mereka
lebih besar.
d)
Pendidikan ke
Arah Perubahan dan Pembangunan
Diakui bahwa
era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan iptek
telah memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara memasak yang
serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos angkasa
luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menuntut pendidikan yang
berlangsung secara continue (life long education).Pendidikan bagi anggota
masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan
social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan
seumur hidup.
e)
Pendidikan
Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
Di samping
tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi
sekarang di mana pola pikir masyarakat semakin maju dan kritis, baik rakyat
biasa maupun pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan
pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara.
Pendidikan seumur hidup yang bersifat continue dalam konteks ini merupakan
konsekuensinya.
f)
Pendidikan
Kultural dan Pengisian Waktu Senggang
Orang-orang
terpelajar diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah,
kesusastraan, filsafat hidup, seni, dan music bangsanya sendiri. Pengetahuan
tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama segi pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengisi waktu senggangnya dengan menyenangkan. Oleh
karena itu, pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang secara konstruktif
akan merupakan bagian penting dari life long education.Sementara itu implikasi
konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga diklasifikasikan
dalam enam kategori, yaitu:
(1) Para
buruh dan petani.
(2) Golongan
remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya.
(3) Para
pekerja yang berketerampilan.
(4) Golongan
teknisi dan professional.
(5) Para
pemimpin dalam masyarakat.
(6) Golongan
masyarakat yang sudah tua.
D.
Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan memiliki implikasi
ekonomi yang menyenangkan, alternatif dalam menghadapi struktur sosial yang
cenderung selalu berubah. Ada beberapa hal yang diperlukan dalam pendidikan
yaitu:
1. Pertimbangan ekonomi
Pendidikan
seumur hidup dapat memberikan banyak manfaat secara ekonomi, baik dalam
meningkatkan produktivitas pekerja dan keuntungan, maupun meningkatkan kualitas
hidup serta melepaskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan eksplorasi.
2. Keadilan
Pendidikan
seumur hidup dalam konteks keadlian dapat memperkecil peranan sekolah sebagai
alat untuk melestarikan ketidakadilan.
3. Faktor peranan keluarga
Selama ini,
keluarga adalah inti dari sumber pendidikan. Dengan adanya pendidikan seumur
hidup, tugas-tugas yang selama ini menjadi tanggungjawab keluarga dapat menjadi
lebih ringan sebab sistem pendidikan yang semakin diperluas sehingga dapat
menjangkau anak-anak dan orang dewasa sekaligus.
4. Faktor perubahan peranan sosial
Dari segi
peranan sosial, pendidikan seumur hidup dapat mempermudah individu untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan hubungan yang terjadi dengan orang lain.
5. Perubahan teknologi
Kemajuan
teknologi dari waktu ke waktu menyebabkan kerenggangan dan keterasingan manusia
dengan sesamanya. Hal ini dapat dikurangi dengan adanya pendidikan seumur
hidup.
6. Factor vokasional
Pendidikan
vokasional atau kejuruan diciptakan agar setiap individu dapat menjadi seorang
tenaga kerja yang handal, terampil dan siap menghadapi berbagai tantangan di
masa depan.
E.
Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
Pendidikan seumur hudup dalam
berbagai perspektif memiliki 6 tujuan yaitu:
1. Tinjauan Ideologis
Pendidikan
seumur hidup atau long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan
potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia
dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan
pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill).
2. Tinjauan Ekonomis
Pendidikan seumur
hidup dalam konteks ini memungkinkan seseorang untuk:
a.
Meningkatkan produktivitasnya.
b.
Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih
sehat dan menyenangkan.
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat
sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
3. Tinjauan Sosiologis
Pada umumnya
di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang
menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu,
anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah, dan
atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup
kepada orang tua akan merupakan solusi dari masalah tersebut.
4. Tinjauan Filosofis
Negara-negara
demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak memilih dan
memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan sebagainya. Oleh karena itu,
pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Hal ini menjadi
tugas pendidikan seumur hidup.
5. Tinjauan Teknologis
Di era
globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya.
Semua orang, tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya
dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang
terjadi di negara-negara maju.
6. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan
pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal
sepanjang hidup, dalam istilah yang lebih luas yaitu development.
Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan
individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi
masyarakat.
F. Strategi
Pendidkan Seumur Hidup
Adapun strategi dalam rangka pendidikan semur hidup
sebagaimana diinventarisirProf. Sulaiman Joesoef, meliputi hal-hal
berikut :
Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup
1. Konsep
pendidikan seumur hidup itu sendiri. Sebagaimana suatu konsep, maka pendidikan
seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian
dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
2.Konsep
belajar seumur hidup. Dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar
karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan
pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
a) Konsep
Belajar Seumur Hidup. Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang
sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru
sebagai cara yang logis untuk mengatasi peroblema dan terdorong tinggi sekali
untuk belajar di seluruh tingkat usia, dan menerima tantangan dan perubahan
seumur hiudp sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
b) Kurikulum
yang membantu pendidikan seumur hidup. Dalam konteks ini, kurikulum didesain
atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah menghasilkan
pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.
c) Arah Pendidikan Seumur Hidup
(1). Pendidikan seumur hidup kepada
orang dewasa
Sebagai
generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membutuhkan pendidikan seumur
hidup dalam rangka pemenuhan sifat “Self Interest” yang merupakan tuntunan
hidup sepanjang masa. Diantaranya adalah kebutuhan akan baca tulis bagi mereka
pada umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja.
(2).
Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan
seumur hidup bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa artinya
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan dan kemampuan anak,
memberi peluang besar bagi pembangunan pada masa dewasa. Dan pada gilirannya
masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan.akar pendidikan yang
juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Fuad Hassan
berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh melalui
tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek
itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.Demikian Fuad Hassan saat
menjadi pembicara kunci pada seminar nasional “Rekonstruksi dan Revitalisasi
pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat Madani”, di Widya Graha Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta, Kamis (2/9).Hadir
dalam cara itu, pengamat pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Dewi Fortuna Anwar. Menurut Fuad,
anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas keliru
karena pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi. Misalnya,
melalui kegiatan hobi dalam masa pensiun, kebiasaan makan yang berkenaan dengan
pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga, dan lainnya yang dibentuk pada
masa tua. Halnya mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan, dikatakan
Fuad, itu merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan
formal.
“Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler dalam sistem persekolahan,” jelasnya.Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga peneladanan, yaitu melalui terpaan citra yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi model identifikasi diri bagi pengamatnya.
“Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler dalam sistem persekolahan,” jelasnya.Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga peneladanan, yaitu melalui terpaan citra yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi model identifikasi diri bagi pengamatnya.
Dikemukakan
Fuad, secara umum dapat dikatakan bahwa teladan dijadikan pedoman berperilaku.
Di sisi lain, perilaku yang diamati sebagai teladan juga bisa berpengaruh
sebagai penentu pola dan kecenderungan (patern and trend setter). Teladan pun
ditemukan melalui sosok yang dianggap memperagakan model peran (role
model).Fuad juga menilai, peneladanan merupakan penjelmaan yang bisa berdampak
kuat dalam proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dan remaja, serta kaum
muda umumnya.
”Pada usia
yang masih rentan untuk dibentuk oleh berbagai faktor eksternal ini, peneladanan
bisa memengaruhi arah perkembangan para remaja dan kaum muda menuju
kedewasaan,” tuturnya.Di tempat sama, pengamat pendidikan yang lain, Arief
Rachman mengungkapkan hal senada. Potret pendidikan yang ada seolah-olah
pendidikan itu ada di sekolah. Padahal, lingkungan luar sangat berperan.Ia
menilai, pendidikan memang persyaratan awal. Akan tetapi, jangan direduksi di
sekolah, tetapi juga di masyarakat, rumah tangga, dan media.
Berkaitan
dengan lokakarya atau workshop yang berlangsung pada Jumat (3/9), Arief
menyebutkan, adanya sejumlah usulan. Antara lain, menyangkut visi masyarakat
madani, memproses pendidikan di masyarakat, serta apa yang disebut sukses
pendidikan, misalnya apakah sebatas dilihat dari produk memenuhi target, atau
juga perlu pemahaman menyangkut moral, hak asasi manusia, dan gender
G. Arah
Pendidikan Seumur Hidup
Yusuf (dalam Ihsan, 2005: 47) menerangkan bahwa arah
pendidikan seumur hidup terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Pendidikan seumur hidup pada orang dewasa
Sebagai
generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membuuhkan pendidikan seumur hidup
untuk memenuhi kebutuhan ‘self interest’ mereka, seperti kebutuhan baca tulis
dan latihan keterampilan.
2) Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan
seumur hidup bagi anak merupakan sisi lain ang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan. Pengetahuan dan kemampuan anak memberikan peluang yang lebih besar
bagi pembangunan di masa depan. Proses pendidikan seumur hidup bagi anak
menenekankan pada metodologi agar motivasi, kunci dan kepribadian belajar dapat
tertanam dengan kuat dalam diri anak.
H. Ciri-ciri Pendidikan Seumur Hidup
Menurut
Prof. Dr. Umar Tirtarahadja terdapat empat ciri-ciri pendidikan seumur
hidup, yakni:
1. Membuka tembok pemisah antara pendidikan sekolah dengan
lingkungan nyata luar sekolah.
2. Pendidikan seumur hidup menempatkan belajar bagian integral dari
proses hidup.
3. Pendidikan seumur hidup lebih mengutamakan pembekalan hidup dan
metode dari pada isi pendidikan.
4. Pendidikan seumur hidup menempatkan peserta didik sebagai individu yang
menjadi pelaku utama di dalam proses pendidikan yang menyuruh pada pendidikan
diri sendiri, atau memiliki kepribadian yang aktif kreatif, tekun, bebas dan
bertanggung jawab, tabah, dan tahan banting serta yang sejalan dengan
penciptaan masyarakat gemar membaca (learning society)
Pendidikan seumur hidup menegaskan
dan menekankan bahwa tiap individu adalah objek dan sekaligus subjek
pendidikan.
Sebagai Objek karena
ia merupakan orang yang dikenai pengaruh oleh lingkungan dalam pandangan
pendidikan, oleh karenanya hendaklah ia selalu waspada untuk memanfaatkan
setiap informasi pengalaman positif dari tempat lingkungannya
hidup.Sebagai Subjek karena
ia dituntut untuk mengubah lingkungan menjadi lebih baik dan berkualitas sesuai
dengan tuntutan ilmu secara adil dan ideal.
I. Alasan Pendidikan Seumur Hidup
diperlukan
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan pendidikan seumur hidup itu diperlukan
yaitu ekonomi, keadilan, peranan
keluarga, perubahan peranan sosial, perubahan teknologi, vocational, kebutuhan
orang dewasa, kebutuhan anak-anak awal.
1.
Ekonomi
Menurut
pandangan tokoh pendidikan seumur hidup, pembentukan sistem pendidikan
berfungsi sebagai dasar untuk memperoleh ketrampilan ekonomis berharga dan
menguntungkan. Tidak berarti mereka menekankan bahwa pendidikan seumur hidup
akan dapat meningkatkan produktivitas pekerja dan akan meningkatkan keuntungan,
tapi hal terpenting adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperbesar
pemenuhan diri, melepaskan dari kebodohan, kemiskinan, dan eksplorasi.
2.
Keadilan
Keadilan
dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam
konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk
mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan ketidakadilan.
3.
Peranan Keluarga
Coleman
dalam “Review of Educational Research” mengemukakan keluarga berfungsi sebagai
sentral sumber pendidikan pada waktu silam. Pendidikan seumur hidup dapat
memperlengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih
tugas yang dulunya ditangani keluarga. Dalam masalah ini harus diperhatikan
bahwa penekanan peranan pendidikan seumur hidup sebagai pembantu keluarga,
berarti akan memperluas sistem pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak awal
dan orang dewasa.
4.
Perubahan peranan sosial
Pendidikan
seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial
yang amat beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap
perubahan hubungan antara mereka/orang lain.
5.
Perubahan teknologi
Pertumbuhan
teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada
meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin
banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kemudiaan dan materialisme
menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan
keterasingan manusia satu dengan lainnya.
6.
Vocational
Pendidikan
vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil
untuk menghadapi tantangan masa depan.
7.
Kebutuhan orang dewasa
Orang
dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang mereka
miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa.
Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan
dan sekolah apa yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
8.
Kebutuhan anak-anak awal
Para
ahli mengakui bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang
mempunyai karakteristik tersendiri bukan semata-mata masa penantian untuk
memasuki periode anak-anak, remaja dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan
basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meksipun dalam tingkat tertentu
pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan
yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
J. Urgensi Pendidikan
Seumur Hidup
Beberapa aspek- tentang urgensi pendidikan seumur
hidup, antara lain:
1.Aspek ideologis, setiap
manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. Pendidikan
seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
2.Aspek ekonomis,
pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari
“lingkungan setan kemelaratan” akibat kebodohan, pendidikan seumur hidup
akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas,
memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di
lingkungan yang sehat dan menyenangkan, serta memiliki motivasi dalam mendidik
anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
3.Aspek
sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari
pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan
ada yang tidak sekolah sama sekali. Pendidikan seumur hidup bagi orang tua
merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut.
4.Aspek teknologis,
pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan
pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan
seperti dilakukan negara-negara maju.
5.Aspek
Politis, tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari
pentingnya hak-hak pada negara demokrasi. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi
pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan
seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara
demokrasi.
6.Aspek Psikologis dan
Pedagogis, untuk memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya
adaptasi maka pendidikan seumur hidup memerlukan suasana yang kondusif.
K.
Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan
seumur hidup memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. HIDUP, SEUMUR HIDUP, dan PENDIDIKAN merupakan tiga
konsep pokok
yang menentukan lingkup
dan makna pendidikan seumur hidup.
2.
Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan
sebuah proses yang
berlangsung sepanjang hidup.
3.
Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi
mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi) dan jenis pendidikan.
4.
Pendidikan seumur hidup mencakup pola-polapendidikan formal maupun pola-pola
pendidikan non formal, baik kegiatan kegiatan belajar terencana maupun
kegiatan-kegiatan belajar insidental.
5.
Keluarga memainkan peranan utama, peranan dasar dalam memulai pendidikan
seumur hidup.
6.
Masyarakat juga memainkan suatu peranan yang penting dalam sistem pendidikan
seumur hidup.
7.
Pendidikan seumur hidup menghendaki keterpaduan dimensi vertikal dan dimensi
horizontal dari pendidikan.
8.
Bertentangan dengan bentuk pendidikan yang bersifat elitis, pendidikan seumur
hidup bersifat universal.
9.
Pendidikan seumur hidup ditandai oleh adanya kelenturan dan peragaman dalam isi
bahan, alat-alat, teknik, dan waktu belajar .
10.
Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif bagi
individu dan masyarakat.
11.
Tujuan akhir pendidikan adalah mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidup.
12.
Ada tiga prasyarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu : kesempatan,
motivasi, dan edukabilitas.
13.
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah prinsip pengorganisasian semua
pendidikan.
14.
Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah sistem
keseluruhan
dari semua pendidikan.
L. Pilar-PilarPendidikan
Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup harus mencakup empat
pilar yaitu :
1.
Belajar Mengetahui (Learning to Know)
Memadukan antara
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukupluas dengan kesempatan
untuk bekerja pada sejumlah subjek yang lebih kecil secaramendalam.
2.
Belajar Berbuat (Learning to Do)
Memberi kesempatan kepada
pebelajar untuk tidak hanya memperoleh ketrampilankerja, tetapi juga memperoleh
kompetensi untuk menghadapi pelbagai situasi sertakemampuan bekerja dalam tim,
berkomunikasi serta menangani dan menyelesaikanmasalah atau perselisihan.
3.
Belajar Hidup Bersama (Learning to Live
Together)
Mengembangkan pengertian
atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiriserta menghargai
kesalingtergantungan,melaksanakan proyek bersama dan belajarmengatasi konflik
dengan semangat nilai pluralitas, saling mengerti dan perdamaian.
4.
Belajar Menjadi Seseorang (Learning to
Be)
Mengembangkan kepribadian
dan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, kritis,penuh pertimbangan serta
bertanggungjawab.
SOAL
1. Mengapa
Pendidikan Seumur Hidupdiperlukan?
2. Tuliskan 4
konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup!
3. Tuliskan 2
tujuan pendidikan untuk manusia seutuhnya dan seumur hidup!
4. Tuliskan
aspek-aspek pendidikan seumur hidup dalam Islam!
Jawab
1.
a. Alasan
keadilan
Terselenggaranya
PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan
yang memungkingkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai
stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan.
Selanjutnya berarti pula paersamaan sosial,ekonomi dan politik.
b. Alasan
ekonomi
Persoalan
PSH dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan,produktivitas kerja, dan
peningkatan GNP. Di negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan
dan meningkatkan kualitas pendidikan pendidikan hampir-hampir tak
tertanggulangi. Tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya yaitu
dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis
pendidikan.
c.
Alasan perkembangan IPTEK
Bahwa
sudah dijelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan Iptek dalam semua sektor
pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan
belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri,transportasi dan
komunikasi, namun intervensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala
dalam banyak hal.
d. Alasan
sifat pekerjaan
Kenyataan
menunjukkan bahwa perkembangan Iptek di satu sisi dalam skala besar menyita
pekerjaan angan diganti dengan mesin,tetapi tak dapat dipungkiri di sisi lain
juga memberikan andil kepada munculnya pekerjaan – pekerjaan baru yang menyerap
tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru untuk memproses pekerjaan. Untuk
dapat tetap menangani pekerjaan yang menuntut persyaratan – persyaratan baru
seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan secara terus menerus.
2.a.Konsep
pendidikan seumur hidup itu sendiri
Sebagai
suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan.
b.
Konsep belajar seumur hidup
Dalam pendidikan
seumur hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang
didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi
yang membantu belajar.
c.
Konsep pelajar seumur hidup
Pelajar
seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka
sebagai pelajar seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis
untuk mengatasi problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar diseluruh
tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
d.
Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum,
dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup
betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan
belajar seumur hidup.
3.a.Mengembangkan potensi serta kepribadian manusia
sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin.
b.
Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar
berlangsung selama manusia hidup.
4. a.Aspek
idiologi, setiap manusia memiliki hak yang sama dan serta untuk meningkatkan
pengetahuan dan menambah keterampilannya.
b. Aspek ekonomis pendidikan merupakan cara yang efektif
untuk dapat keluar dari lingkungan kemelaratan akibat kebodohan.
c.Aspek
Sosiologis, memberikan kesadaran kepada manusia akan pentingnya pendidikan.
d. Aspek
Politis, tugas pendidikan seumur hidup untuk menjadikan seluruh rakyat
menyadari pentingnya hak-hak pada Negara demokrasi.
e. Apek
teknologis, PSH sebgai alternatifuntuk mengembangkan dan memperbaharui
pengetahuan.
f.Aspek
Psikologis dan Pedagogis.
Daftar
Pustaka
Bukhori, Mochtar, Pendidikan dalam
Pembangunan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1994.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar
Kependidikan, Jakarta; Rineka Cipta, 2008.
Mudyahardjo, Redja, Filsafat Ilmu
Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Komentar
Posting Komentar