BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Topik ini membahas
tentang manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebenaran,
kebaikan, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk budaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian dari kebudayaan itu?
2. Apakah manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan?
3. Bagaimana substansi atau isi utama budaya?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan pembelajaran
agar mahasiswa mampu memahami konsep-konsep dasar tentang konsep manusia
sebagai makhluk budaya serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya
yang berkembang dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Akal dan Budi bagi Manusia
1. Akal
Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat
alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang
mendorong untuk berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Fungsi
akal adalah untuk berpikir. Kemampuan pikir manusia berfungsi untuk mengingat
kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya, kemudian
membentuk konsep-konsep utk memecahkan masalah-masalah, dan akhirnya
membentuk tingkah laku.
2. Budi
Budi (Bahasa Sansekerta) berarti akal, budi diartikan
sebagai bathin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik dan
buruknya segala sesuatu. Budi-lah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu
hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian
terhadap objek dan kejadian (Sutan
Takdir Alisjahbana)
B.
Pengertian Budaya dan
Kebudayaan
1.
Budaya
Budaya
adalah bentuk jamak dari kata budi dan
daya yang berarti Cipta Rasa dan Karsa.
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal
budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan
dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan
sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran
manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik
sekelompok manusia.
Budaya mempunyai tiga unsur yang
berada dalam diri manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan
kebudayaan seutuhnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a. Cipta
Cipta adalah akal
pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan akal pikiran tersebut
manusia dapat berkreasi menuangkan segala ide yang non kebendaan. Namun cipta
yang ada dalam diri manusia bersifat tidak universal dalam hal
karya. Artinya dalam hal keterampilan berkarya manusia tentu saja memiliki
keahlian yang berbeda-beda satu sama lain, seseorang yang terampil mengelola
kayu menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal olah vocal,
begitupun seorang penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu dalam
hal merancang busana dan sebagainya.
b. Rasa
Rasa adalah
tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun mendengar sesuatu satu
bentuk karya, tanggapan ini dapat berupa kepuasan, keterangan, kekaguman,
kesedihan, ketidakpuasan dan sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan
manusia juga di lengkapi dengan perasaan hingga hasil karya yang dibuatnya
dapat bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia maka
sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu dengan yang lain.
c. Karsa
Karsa adalah
kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat seseorang. Seseorang
yang memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan yang begitu peka tidak akan
berbuah apa-apa jika tidak didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa
saja berasal dari diri, tersendiri atau bahkan dari orang lain yaitu berupa
rangsangan atau pengaruh yang diterima oleh daya nalar kita.
Ketiga unsur inilah
yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya unsur-unsur tersebut dalam diri
manusia maka dapat di katakan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa
memiliki kebudayaan. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan
erat. Tanpa masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak.
Tanpa manusia tidak
mungkin ada kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Dalam diri
manusia wujud kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan.
Ada yang jasmani misalnya rumah dan pakaian. Buku adalah kebudayaan jasmani,
akan tetapi isi buku adalah kebudayaan rohani. Ilmu pengetahuan merupakan unsur
kebudayaan universal yang rohani.
Sebagai insan yang
berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga citra di muka bumi ini bahkan
budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk beradab sekaligus telah
mengantar manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk penghuni bumi
yang lain yaitu sebagai yang paling sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi manusia
sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti bahwa manusia dibebaskan untuk
berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi norma maupun hukum. Budaya yang
seperti ini adalah kebudayaan yang bersifat merusak dan sangat berbahaya bagi keutuhan
bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk
budaya agar dalam berbudaya memang teguh norma-norma yang berlaku agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Budaya bahkan dapat
menambah rasa rasionalisme seseorang warga negara Indonesia misalnya, memiliki
kebudayaan yang amat sangat beraneka ragam bentuk dan ciri khasnya yang tidak
semua bangsa memilikinya. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri
bangsa Indonesia yang akhirnya berimbas pada tingginya nasionalisme para warga
negara.
Berikut pengertian
budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:
1.
E. B. Tylor,
budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
2.
R. Linton,
Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diterapkan
oleh anggota masyarakat lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4. Selo Soemarjan dan
Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat
5. Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia.
Ada pula sifat-sifat yang
terdapat pada budaya, yaitu sebagai berikut:
a.
Budaya terwujud dan
tersalurkan dari perilaku manusia.
b.
Budaya telah terlebih dahulu
daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya
usia generasi yang bersangkutan.
c.
Budaya diperlukan oleh manusia
dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
d.
Budaya mencakup aturan yang
berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau ditolak,
tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
d. Substansi (isi) utama
budaya
Ada lima isi atau
substansi utama budaya, yaitu sebagai berikut:
a)
Sistem Pengetahuan
Melalui sistem
pengetahuan, manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan hidupnya dengan alam
sekitarnya. Melalui sistem pengetahuan juga manusia mampu meningkatkan
produktivitas kebutuhan hidupnya. Contohnya, pengetahuan manusia tentang flora
dan fauna dapat membantu upaya manusia untuk mengembangkan produktivitas di
bidang perburuan, penangkapan ikan, peternakan, dan pertanian.
b)
Sistem Nilai Budaya
Menurut Koentjaraningrat, sistem nilai budaya terdiri
atas konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat. Konsep-konsep abstrak yang
dimiliki oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar
atau salah, patut atau tidak patut.
c)
Persepsi
Biasanya disebut juga sudut pandang dari seorang
individu atau kelompok masyarakat mengenai suatu hal atau suatu masalah.
d) Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah konsep yang dimiliki seseorang
atau golongan masyarakat yang bermaksud menanggapi atau menerangkan suatu
masalah tertentu. Misalnya, orang Minangkabau memberikan nilai tinggi pada tradisi merantau.
e)
Etos Budaya
Etos adalah watak khas dari suatu
kebudayaan yang tampak (dari luar). Contoh etos antara lain, gaya tingkah laku,
kegemaran, atau benda-benda hasil budaya yang khas.
2.
Kebudayaan
Kebudayaan
jika dikaji dari asal kata bahasa Sansekerta berasal dari kata budhayah yang
berarti budaya atau akal. Dalam bahasa Latin, kebudayaan berasal dari kata
colere, yang berarti mengolah tanah. Ada pula kebudayaan menurut
Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut
antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya
leluhur melalui proses pendidikan.
a. Beberapa pengertian
kebudayaan berbeda dengan pengertian di atas, yaitu:
a)
Kebudayaan adalah
cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu
ruang dan waktu.
b)
Kebudayaan sebagai
keseluruhan yang mencakup pengetahuan kepercayaan seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
c)
Kebudayaan merupakan
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu masyaraakat yang
menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada
keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang
sangat tinggi di mana aturan kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa
menilai diri dari segala keadaannya.
b. Perwujudan kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
2.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
3.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan.
Dengan demikian,
kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun
non material. Sebagian besar ahli mengatakan kebudayaan seperti ini kemungkinan
besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang
mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana
menuju tahapan yang lebih kompleks.
C.
Manusia Sebagai
Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Tercipta adalah
terwujudnya suatu kebudayaan sebagai hasil interaksi
antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi
Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan diberikan
kemampuan yang disebutkan oleh Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36)
sebagai daya manusia, manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal,
intelegensi dan intuisi perasaan dan emosi kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan sumber-sumber
kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan
ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah
kebudayaan yang sebagai pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat
Peter dan Berger yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika
fundamental ini terdiri dari tiga tahap; tahap eksternalisasi, tahap
objektivasi, dan tahap internalisasi.
Tahap eksternalisasi adalah
proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke dalam dunia melalui
aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas manusia
menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia. Tahap
internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia
diserap oleh manusia kembali, jadi adanya hubungan berkelanjutan antara
realitas internal dengan realitas eksternal.
Kebudayaan mempunyai
kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang harus
dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain
yang tidak selalu baik. Kecuali manusia yang memerlukan kepuasan baik di bidang
spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia
menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia
terhadap lingkungan alamnya sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:
a. Suatu hubungan pedoman antara manusia atau
kelompoknya
b. Wadah untuk
menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan
manusia
d. Pembeda manusia dengan binatang
e. Sebagai modal dasar pembangunan
Manusia merupakan
makhluk berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan.
Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil
ciptaannya. Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat,
berbagai macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan
alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan
baik secara spritual maupun materil.
1.
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan
berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang.
Beberapa variabel yang
berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
a) Phisical Environment yaitu lingkungan fisik
menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
b) Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek
kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan
nilai-nilai.
c) Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada
setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
d) Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
e) Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun
rumah, komunitas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap
pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
2. Proses dan Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia
oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan
manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak
akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya
kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial
akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna
untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari
pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya
alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan
majunya teknologi (dalamhal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat
berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya
perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau
kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu kelompok
dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan
yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang
mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah
artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal
yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol
atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para
penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat
bertolak belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di
masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang
ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan
mana yang tidak sesuai.
3. Problematika Kebudayaan
Seiring dengan
perkembangannya, kebudayaan juga mengalami beberapa problematika atau masalah
masalah yang cukup jelas yaitu :
a)
Hambatan budaya yang
ada kaitannya dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
b)
Hambatan budaya yang
berkaitan dengan perbedaan sudut pandang atau persepsi.
c)
Hambatan budaya yang
berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
d) Masyarakat terpencil atau terasing dan kurang
komunikasi dengan masyarakat lainnya.
e)
Sikap Tradisionalisme
yang berprasangaka buruk terhadap hal-hal yang baru.
f)
Mengagung-agungkan
kebudayaan suku bangsanya sendiri dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya
atau lebih dikenal dengan paham Etnosentrisme. Perkembangan Iptek sebagai hasil
dari kebudayaan.
4. Perubahan Kebudayaan
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis)
sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada
kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami
perubahan. Adalima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
a) Perubahan lingkungan alam
b) Perubahan yang disebabkan adanya kontak
dengan kelompok lain
c) Perubahan karena adanya penemuan
(discovery)
d) Perubahan
yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen
kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
e) Perubahan
yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan
mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam
pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Namun,
perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu
saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan
sebaliknya yaitu yang akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan
tersebut.
D.
Memanusiakan Manusia
Kata
“memanusiakan manusia” memiliki makna yang dalam, di mana konsep kata ini
menyentuh ke dalam seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, memanusiakan manusia adalah upaya membuat manusia menjadi berbudaya.
Memanusiakan manusia berarti memanusiakan sesama. Dengan memanusiakan antar
sesama, maka akan menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain.
Untuk
memahami konsep memanusiakan manusia, manusia harus memahami konsep keadilan,
penderitaan, cinta kasih, tanggung jawab, pengabdian, pandangan hidup,
keindahan, dan kegelisahan.
Memanusiakan manusia melalui pemahaman
terhadap konsep
a. Keadilan
Keadilan
adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan adalah
suatunkualitas hasil dari sesuatu perbuatan. Keadilan merujuk kepada suatu
tindakan baik yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Keadilan sama dengan
kesetaraan, tidak memandang perbedaan sebagai sesuatu hal yang dipermasalahkan.
Siapa saja, di mana saja, dan kapanpun setiap orang memiliki hak yang sama. Ada
beberapa macam keadilan, yaitu adil pada diri sendiri, pada sesama manusia,
pada makhluk ciptaan Allah, alam, dan benda mati lainnya, dan adil kepada
Tuhan. Contohnya adalah hak yang sama di dalam hukum.
Ciri-ciri atau karakteristik keadilan antara
lain :
1)
Adil
(jus)
2)
Bersifat
hukum (legal)
3)
Sah menurut
hukum (lawful)
4)
Tidak
memihak (unpartial)
5)
Sama hak
(equal)
6)
Layak
(fair)
7)
Wajar
secara emosional (equitable)
8)
Benar
secara moral (righteous)
b. Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita, di mana kata derita berasal dari bahasa Sansekerta, dhra artinya menahan atau menanggung. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), derita berarti menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi
ciri paradoksal yang menandai eksistensi manusia di dunia. Karena pada dasarnya
setiap manusia pasti dihadapi pada sebuah masalah.
c. Cintakasih
Cintakasih
adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan. Cinta
merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan
bentuknya yang khas manusiawi.
Menurut Ali Akbar (1995:194)
dalam cinta kasih itu mengenal adanya istilah merawat yaitu memelihara,
meluruskan, dan meningkatkan
·
“memelihara” agar tetap stabil
·
“meluruskan” bila ia menyimpang dari arti yang sebenanrnya
·
“meningkatkan” bila ia sudah mulai berkurang
d. Tanggung
jawab
Tanggungjawab
adalah kewajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya adalah hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik dan memperoleh
kebahagiaan, di mana dengan mengerjakan tanggung jawab maka manusia itu sendiri
bias menikmati haknya.
Menurut
M. Habib Mustopo, etal.(1998:192-194) bahwa eksistensi manusia sebagai makhluk
Tuhan, makhluk individu, dan makhluk sosial maka manusia mempunyai
tanggungjawab. Ada beberapa macam tanggung jawab yaitu :
·
Terhadap diri sendiri, contoh : menjaga kesehatan tubuh baik
fisik maupun batin
·
Keluarga, contoh : tidak mencoreng nama keluarga dengan
perbuatan yang rusak
·
Masyarakat, contoh : bersosialisasi, menjaga kebersihan
lingkungan, dan lain-lain
·
Tuhan YME, contoh : beribadah kepada-Nya
e. Pengabdian
Pengabdian
diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap
mulia. Mengikhlaskan diri terhadap hal yang dikerjakan sehingga tidak
menimbulkan keterpaksaan.
Pengabdian juga merupakan
perihal mengabdi dan penghambaan diri. Bentuk perbuatan baik manusia berupa
pikiran, pendapat, serta tenaga sebagai wujud kesetiaan.
f. Pandangan
hidup
Pandangan
hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesama, dan dengan alam tempat kita berdiam. Pandangan hidup
hampir sama dengan prinsip hidup.
Pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut ileh suatu masyarakat secara selektif oleh para
individu, golongan dalam masyarakat (Koentjoroningrat, 1980). Nilai-nilai
tersebut meliputi cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pandangan hidup biasanya berasal dari agama,
berupa idiologi, atau mungkin hasil renungan dari pengalaman atau kejadian di
sekitarnya.
g. Keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah yang berarti bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Keindahan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Keindahan
identic dengan kebenaran.
Eksistensi manusia didunia
diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif
tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan. Manusia menciptakan
kekreatifitasan sehingga banyak hal-hal unik yang terjadi di sekitarnya.
h. Kegelisahan
Kegelisahan
merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun
perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku, dan merupakan
salah satu ekspresi kecemasan. Kegelisahan bias berarti bahwa manusia itu
menyadari dan merasakan adanya ketidakberesan di sekitarnya, sehingga manusia
itu sendiri memiliki niat untuk memperbaikinya. Contoh dari kegelisahan adalah
merasa terasingkan dari lingkungannya.
Situasi-situasi hidup
hidup yang bisa mendatangkan kegelisahan, ketidaknyamanan dan ketidaktenangan
yaitu :
1)
Keadaan
jasmani yang kurang baik
Cacat jasmani menyebabkan manusia merasa tidak percaya diri, malu bahkan
berusaha mengingkari diri.
2)
Kemiskinan
Kondisi ini dapat menyebabkan kegelisahan, ketidaknyamanan dan
ketidaktenangan
3)
Situasi
perempuan
Di berbagai belahan bumi, perempuan merasa belum dipperlakukan secara
adil. Atuan budaya, bahkan agama, masih dianggap memperlakukan mereka secara
diskriminatif
4)
Malapetaka
Malapetaka yang paling ditakuti orang adalah perang, dimana akibat dari
perang itu menimbulkan kegelisahan yang pada akhirnya merupakan suatu
penderitaan.
Memang
tidak ada batasan atau ukuran pasti kita sudah melakukan hal “Memanusiakan
manusia”. Tidak ada juga ukuran yang pasti kita melakukan hal yang “Tidak
Memanusiakan Manusia”. Ukuran ini terkait dengan rasa prikemanusiaan yang ada
dalam diri kita.Ada tiga
orang yang dapat dijadikan contoh dalam makalah ini yakni mendiang KH.
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi
dan dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Gus Dur disebut telah
“Memanusiakan Manusia” karena sikap mantan presiden RI ini yang berpegang pada
nilai keadilan, kesetaraan serta nilai persaudaraan. Gus Dur sosok pemimpin,
pembela rakyat marjinal, pembela minoritas agama etnis yang hak-haknya
terhalangi baik dalam berkeyakinan, beragama atau mendirikan rumah ibadah.
Selain itu, keyakinannya pada iman yang terbuka sehingga mengembangkan
Pluralisme.
Jokowi, terlihat dari
cara memindahkan pedagang kaki lima kala menjabat sebagai Walikota Surakarta.
Tanpa menggusur secara paksa, pedagang kaki lima pindah. Di Jakarta pun,
setelah menjabat Gubernur, ia membangun tanpa menggusur.Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi (MK) Achmad Sodiki bahkan menyebut Jokowi menerapkan konsep
“Memanusiakan Manusia”.
Walikota Surabaya Tri
Rismaharini pun demikian. Ia dinilai memanusiakan warga karena aktivitasnya
keluar-masuk lokalisasi untuk membujuk para pekerja seks komersial untuk
berganti profesi. Ia datang pada siang hari, sore atau malam. Tekadnya, ia
ingin mengurangi lokalisasi di kota Surabaya, tetapi tidak memilih cara
menggusur. Ia turun langsung, mengajari para pekerja seks itu dengan aneka
keterampilan.
E. Proses Kebudayaan
a. Proses
Internalisasi
Proses
internalisasi dimaksud proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai
ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala
perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Dalam
pengertian lain, internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran,
doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran
doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002: 439).
Manusia
mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gen-nya untuk mengembangkan
berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian
individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi
kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang berada
dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan pertama
yang diaktifkan dalam kepribadian seorang bayi kecil pada saat ia dilahirkan
keluar dari kandungan ibunya, adalah perasaan puas dan tak puas.
Sekitaran
yang berada di luar kandungan ibu dimana ia sekonyong-konyong berada itu
memberi pengalaman tidak puas yang pertama kepada si individu yang baru itu.
Baru setelah ia dibungkus dengan selimut dan diberi kesempatan untuk menyusu,
maka rasa takpuas itu dipuaskan, dan perasaan puas pun dialaminya. Kemudian
setiap kali ia terkena pengaruh – pengaruh lingkungan yang menyebabkan rasa
tidak puas tadi ia akan menangis, dan setiap kali juga selimut dn susu
mendatangkan rasa puas tadi. Secara sadar si bayi telah belajar untuk tidak
hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara bagaimana mendatangkan rasa puas,
ialah dengan menangis.
b. Proses
sosialisasi
Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses
belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu
seorang individu dari masa anak – anak hingga masa tuanya belajar pola – pola
tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Soerjono Soekanto,
sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
Proses sosialisasi antara golongan sosial
yang satu dengan yang lain akan berbeda. Sebagai contoh bayi yang diasuh dalam
keluarga kaum buruh dalam kota – kota industri besar di Amerika Serikat. Tokoh
ayah dalam keluarga kaum buruh tidak terlalu penting dalam proses sosialisasi
pertama dari bayi, karena ayah sudah berangkat ke pabrik pagi – pagi sebelum si
bayi bangun, sedang siang ia tidak pulang untuk makan, dan baru kembali pada
malam hari apabila bayi sudah akan ditidurkan. Hanya pada hari Sabtu dan Minggu
bayi mengalami pengaruh kehadiran ayahnya.
Contoh lain dari suatu proses sosialisasi
yang lain akan dialami misalnya oleh bayi yang diasuh dalam keluarga – keluarga
dari berbagai suku bangsa di Irian Jaya. Di sana bayi pada waktu yang sangat
muda seringkali sudah akan berhadapan dengan berbagai wanita lain selain
ibunya, yang segera setelah ia merasa kuat untuk bekerja kembali, akan pergi ke
kebun ubi tiap hari dengan membawa bayinya untuk bekerja. Bayinya diikat di
atas punggungnya, dan selama waktu istirahat bayi itu selalu dikerumuni serta
banyak mendapat perhatian dari para wanita lain di kebun.
Demikianlah para individu dalam masyarakat
yang berbeda akan mengalami juga proses sosialisasi yang berbeda, karena proses
sosialisasi itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan.
c. Proses
enkulturasi
Proses ini dapat juga kita terjemahkan dengan
suatu istilah Indonesia yang cocok sekali, yaitu “pembudayaan”. Dalam bahasa
Inggris juga dipergunakan istilah “institutionalization”. Dalam proses itu
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat – adat, sistem, norma, dan peraturan – peraturan yang hidup dalam
kehidupannya.
Sejak kecil proses enkulturasi itu sudah
dimulai dalam alam pikiran warga suatu masyarakat, mula – mula dari orang –
orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman – temannya bermain. Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat
permainan, belajar membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur
budaya dalam masyarakatnya. Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang
menarik perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan
jiwanya, ia mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan
bersifat abstrak.
Apakah perbedaan antara enkulturasi dan
sosialisasi? M.J.Herskovits berpendapat
bahwa perbedaan antara enculturation (enkulturasi)
dengan sosialization (sosialisasi) adalah sebagai berikut
:
1)
Enculturation (enkulturasi) adalah
suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari
seluruh kebudayaan masyarakat.
2)
Sosialization (sosialisasi) adalah
suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan
antara enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam
enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya
dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan sosialisaasi si individu melakukan
proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial
d.
Proses difusi
Proses Difusi adalah saat penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur
kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh
penjuru dunia. Namun, penyebaran unsur-unsur kebudayaan juga bias tanpa melalui
perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa dari suatu tempat ke tempat
lain, namun karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur
kebudayaan itu hingga jauh sekali.
Bentuk difusi yang
lain adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan berdasarkan pertemuan
antara-antara individu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan
individu-individu kelompok tetangga. Dan pertemuan- pertemuan kelompok ini
dapat dengan berbagai cara. Cara yang
pertama adalah hubungan di mana antara bentuk dari kebudayaan masing-masing
hampir tidak berubah. Hubungan ini disebut hubungan symbiotic. Cara yang lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan
karena perdagangan, tetapi dengan akibat yang lebih jauh dari hubungan symbiotic.
e.
Proses Akulturasi dan Asimilasi
Akulturasi adalah
konsep mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Jika masalah tentang akulturasi diringkas, ada lima golongan
masalah yang akan tampak, yaitu :
1.
Masalah mengenai
metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan proses akulturasi
dalam suatu masyarakat;
2.
Masalah mengenai
unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur
kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima;
3.
Masalah mengenai
unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa
yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing;
4.
Masalah mengenai
individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa
yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing;
5.
Masalahmengenai
ketegangan-ketegangan dan krisisi-krisis sosial yang timbul sebagai akibat
akulturasi.
Asimilasi adalah
proses sosial yang timbul bila ada : (i) golongan-golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda-beda, (ii) saling bergaul secara langsung
secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan
golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Ada faktor-faktor
yang menghambat proses asimilasi. Factor-faktor itu adalah : (i) kurang
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, (ii) sifat takut terhadap
kekuatan dari kebudayaan lain; (iii) perasaan superioritas pada individu-individu
dari suatu kebudayaan terhadap yang lain.
f.
Proses Inovasi
Inovasi adalah suatu
proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energy, dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
mneyebabkan adanya system produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru.
Suatu penemuan
biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang yang melalui dua tahap
khusus, yaitu discovery dan invention. Suatu discovery adalah suatu penemuan
dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, suatu
ide baru yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari
beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi
invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan
baru itu.
Suatu penemuan baru
selalu harus dilihat dalam rangka kebudayaan di mana penemuan tadi terjadi. Hal
ini disebabkan karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan
mendadak dari keadaan tidak ada menjadi keadaan ada. Suatu penemuan baru
biasanya berupa suatu rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil
yang secara akumulatif atau secara bertimbun menjadi banyak. Proses inovasi itu
juga merupakan suatu proses evolusi, bedanya ialah bahwa dalam proses evolusi
individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif.
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan
seseorang bersifat kompleks, dan memilki eksistensi dan berkesinambungan dan
juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu mempengaruhi kebudayaan dan
memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan. Kebudayaan
yang dimiliki suatu kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adaya kontak-kontak antar kelompok
atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu
kebudayaan tertentu apabila kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau
memenuhi tuntutan yang dihadapinya. Pengadopsian tersebut diprngaruhi oleh
faktor-faktor fisikal, seperti iklim, topografi sumber daya alam dan
sejenisnya.
Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya
perubahan-perubahan disegala bidang termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau
kebudayaan yang dianut semua kelompok sosial akan bergeser baik itu secara
lambat maupun cepat yang akanm menimbulkan antara kelompok-kelompok yang
menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki perubahan.
Hal
yang terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan
oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan
sangat bertolak belakang dengan perilaku yang dianut didalam kelompok
sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat,
yang menjadi suatu “cambuk” bagi komunitas yang enganut kebudayaan tersebut.
Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang
tidak sesuai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kebudayaan ialah segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengelola dan mengubah alam
2. Manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan
pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan. Manusia
memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi, perasaan,
emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.
3. Substansi (isi) utama budaya yaitu:
a)
Sistem pengetahuan
b)
Nilai
c)
Pandangan hidup
d)
Kepercayaan
e)
Persepsi
f)
Etos kebudayaan
B. Saran
Dengan selesainya
makalah ini, maka kami dari kelompok I dapat menyarankan bahwa sebagai makhluk
yang berbudaya maka sepatutnyalah kita sebagai manusia yang memiliki prospek
kedepan harus mempertahankan citra sebagai makhluk Tuhan paling sempurna. Kita
harus menyadari bahwa budaya tidak bisa kita jadikan kedok untuk berbuat
sesuatu yang semena-mena seperti kata seorang ahli sosiologi Surjono Jatiman
bahwa “sebenarnya manusia tidak ubahnya seperti binatang yang saling membunuh
satu sama lain, akan tetapi oleh karena manusia berbudaya maka kejahatan itu
senantiasa dibungkus dengan budaya”
Untuk dalam hal
berbudaya harus pula disertai dengan akidah yang kokoh dari seorang budaya,
agar supaya setiap apa yang dihasilkannya dapat menjadi yang terbaik dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya demi kemajuan bangsa yang senantiasa
kita cintai dan banggakan.
Soal dan Jawaban
1. Apa perbedaan budaya dan kebudayaan......
2. Sebutkan dan Jelaskan perwujudan kebudayaan......
3. Apa saja problematika kebudayaan itu......
Jawab :
1.
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi
Kebudayaan
adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar
2.
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan.
3.
Problematika atau masalah-masalah
yaitu :
a.
Hambatan budaya yang
ada kaitannya dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
b.
Hambatan budaya yang
berkaitan dengan perbedaan sudut pandang atau persepsi.
c.
Hambatan budaya yang berkaitan
dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
d.
Masyarakat terpencil
atau terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat lainnya.
e.
Sikap Tradisionalisme
yang berprasangaka buruk terhadap hal-hal yang baru.
f.
Mengagung-agungkan
kebudayaan suku bangsanya sendiri dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya
atau lebih dikenal dengan paham Etnosentrisme. Perkembangan Iptek sebagai hasil
dari kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Ahmad, 1999. Ilmu
Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung
Setiadi Elly, 2006. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Jakarta
Yusdi Achmad,
2006. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Kencana.
Jakarta
Play Free Slots - The Sands Casino
BalasHapusFree Slots. Play over 250+ 인카지노 of The Best 제왕카지노 Slots for free. Sign up, deposit, and play for real money. Win 샌즈카지노 money playing online slots,